RUMAH MISTERIUS BAWAH TANAH
Sore ini terlihat cerah, pancaran sinar matahari terasa
begitu panas ditambah lagi dengan ributnya anak kelas.Assra mengajak kami pergi untuk melakukan pengamatan tugas Biologi yang barusaja di berikan guru kami. setelah pulang sekolah.
Kami dengan santainya berjalan dan
mencari penjual minuman keliling yang hendak mencari uang untuk hidupnya.Tiba-tiba, kevin dan Sidney berhenti dibawah pohon sambil menaruh tas nya di
akar pohon besar yang menjalar di sekeliling pohon itu. Woi kenapa kalian duduk
santai di akar pohon itu, kita kan belum selesai mencari ulat sutra untuk bahan
praktik biologi, lagian pohon itu juga ngeri sekali tau !!seru Andreas serta
mengelap keringatnya di kening dengan tangan kirinya,. Kita istirahat dulu sampai ada penjual minum
keliling yang lewat, Jawab Sidney dengan wajah terlihat letih.Asra dan Andreas
menghampiri Sidney dengan kerutan di kening, Andreas
berputar-putar dibawah pohon itu seraya seperti orang yang sedang ada masalah.
Kenapa kamu Andreas?Tanya Sidney dengan penuh harapan.Tidak apa-apa, aku hanya
mencari angina saja. Hei Bro, masak cari angina sampai mengelilingi pohon sih,
aneh deh loe, sahut Kevin dengan tegas. Hei teman-teman kemarilah, ada pintu
kecil di pohon ini ian kita masuk yuk. Jangan aneh deh, kita kan gak tau tempat
apa ini, lagian lihatlah disekeliling kita hanya ada beberapa rumah yang sunyi
dan pohon yang besar-besar. Ucap Sidney sambil ketakutan.Barangkali pintu ini
jalan masuk si tupai.Jawab Kevin dengan nada yang tidak percaya diri. Aneh deh
kamu vin, masah pintu tupai sebesar kursi di sekolah kita sih, kan capek
buatnya. Ada-ada sajah deh kamu ni Asra. Jam sudah pukul 15.30 wib
tiba-tiba, Bluss,, Brak Andreas terjatuh
saat pintu kecil itu terdorong oleh tangannya. Kami berlarian melihat andreas,
ternyata dibawah pohon yang ukurannya ± sebesar minyak tanah dan memiliki
tangga aneh yang terbuat dari akar-akar besar pohon itu.Terlihat dari pintu
pohon itu ternyata dibawah pohon itu terdapat perpustakaan yang terlihat kumuh
dan di sarangi oleh laba-laba.Kaki kami mulai melangkah dengan hati-hati dan
bergantian untuk memasuki rumah yang aneh dan angker itu. Andreas, Andreas,
Andreas, dimana kamu? teriakan kami seakan-akan memenuhi setiap ruangan yang
ada di rumah bawah tanah itu.Aku disini, lihat ini ternyata bukan hanya rumah
dengan pintu pohon saja, tetapi rumah bawah tanah ini juga punya sepedah ontel
kuno, juga perpustakaan dengan buku yang terlihat kuno, seperti di sekolah kita
saja bedanya buku di sekolah kita lebih Modern.Tanpa ada rasa takut, kami
ber-Empat terus menelusuri rumah tanpa penghuni ini hingga kami terlupakan oleh
waktu, sehingga kami gagal dalam pencarian ulat bulu untuk praktek hari senin,
dan pakaian kami pun masih memakai baju sekolah dengan wajah terlihat sangat
kusam.Tidak ada pilihan lagi, kami harus tidur dirumah bawah tanah yang sangat
kelap dan suram, untung saja masih ada sedikit cahaya yang masuk dari selang
kecil yang mungkin di sengaja untuk mengambil air hujan dari aliran dari batang
kayu pohon tersebut.Kami duduk di kursi yang ada di dekat perpustakaan kuno itu
sambil berusaha mencari jalan keluar untuk bisa pulang.Disebelah kanan kami
duduk terdapat ruang yang agak terang dikarenakan tembok dan lantai bawah tanah
ini terbuat hanya dari kayu tanpa di cat, dan sebaliknya ruangan di sebelah
kanan itu sangat beda. Kami melangkah bersama menuju ruangan itu, ternyata
ruangan itu terlihan lumayan lengkap dengan tembok yang di cat warna putih
terang dan tempat tidur yang lumayan bagus meski dengan kasur yang sangat
tipis. Kami berdiri sebentar di depan pintu, Wow hebat, tenyata ada korek api
dan terdapat banyak damar/ lampu minyak tanah yang sangat cukup untuk menerangi
ruangan ini, sunggu menakjubkan. “ seru
Andreas”.
Tiba-tiba perut terasa sangat lapar, untung saja Sidney dan
Asra selalu membawa kue dari rumahnya. Meskipun kue itu hanya steak kentan dan
coklat, tapi itu sangat membantu perut kami yang tiap kali berbunyi
keroncong seperti alat music saja . hahaha
kamu ini Vin masih saja bisa bercanda saat keadaan seperti ini ” Seru Asra”. Alasan
keterpaksaan merekatidak pulang karena tiba-tiba, pintu pohon itu tidak bisa di
buka sementara itu pikiran kami masih kosong untuk menemukan ide. Tak lama
kemudian tiba-tiba suara pintu dan pintu itu terbuka saat jam menunjukkan pukul
20.30 wib. Siapa itu yang dating? Tanya Sidney. Kami ber-Empat ketakutan dan
duduk memojok di bawah rak-rak buku perpustakaan seraya seperti maling yang
takut ketahuan oleh pemilik rumah.Pintu terbuka dan terlihat langkah kaki ibu
tua dengan pakaian compang-camping dan topi kerucut yang ada di atas
kepalanya.Hei anak-anak siapa kalian semua?Mengapa kalian di rumah
ini?Pertanyaan demi pertanyaan terus di ajukan oleh nenek tua itu dengan wajah
seramnya lalu menghampiri kami yang duduk memojok di bawah rak itu.Maaf nek
saat kami istirahat di pintu pohon rumah ini, kami terjatuh nek.Nenek itu sebut
saja mbok Roro yang terlihat sangat dingin begitu juga dengan badannya terasa
sangat dingin seperti mayat. Mbok Roro bersedia menumpangi kami tidur di
rumahnya sampai besok pagi asalkan barang-barang yang ada di rumah ini tidak
boleh di ambil. Tentu kami menyetujui demi keselamatan kami.Sebelum kami
istirahat, mbok Roro memberi kami ubi kukus lezat yang tadinya di tenteng dari
luar.Karena lapar, kami langsung menyantap lahap ubi itu dengan penuh
gurauan.Lalu Kevin bertanya pada mbok Roro, mbok kah yang buat ubi kukus
inu?Tidak, tapi ubi ini di beri oleh pedagang ubi kukus keliling yang biasa
berjualan malam hari. Kami terus bercerita dengan mbok Roro tentang suaminya
yang sudah 10 tahun meninggal dunia akibat terjadinya perang antara orang
belanda dan Indonesia tahun 1999 lalu, si mbok juga mempunyai anak tunggal yang
sudah lama tidah pernah mengunjungi di rumah tua ini. Tetapi si mbok tak pernah
mesara sendirian karena ada buku ajaib yang buatan suaminya yang tidak pernah
pindah dari rumah itu dan selalu setia sama mbok Roro. Kami memperhatikan
ceritita mbok Roro dengan tampang sok paham dan tangan kiri dibawah dagu dan
tangan kanan yang selalu menyuap ubi kukus itu ke dalam mulut. Bruk..bruk..,
kami tertidur mendengar cerita mbok Roro yang seperti orang mendongeng itu.
Meskipun tadinya terasa sangat dingin, tetapi setelah makan ubi kukus panas
pemberian si mbok tiba-tiba badan tidak terasa begitu dingin. Matahari mulai terbit, kami segera pulang dan
akan berpamitan pada mbok Roro, waduh, sangat mengejutkan sekali ternyata mbok
Roro tiba-tiba si mbok menghilang dari Rumah nya sendiri. Mereka penasaran
dengan barang yang tidak boleh di ambil satu pun, sementara itu kami terus
bertekat utuk mengambil buku berwarna coklat dan berukuran tebal juga terlihat
sangat kuno di perpustakaan yang banyak sarang laba-labanya itu.Berlarian itu
lah kami.Berlari, itulah kami saat rasa takut muncul di diri ini.Apa boleh
buat, kami langsung berlarian dari rumah yang terlihat angker ini tanpa
berpamitan pada pemiliknya. Sementara itu kaki Sidney terjepit di salah satu
akar yang terenggang di tangga arah keluar.Tarik-menarik mulai di lakukan tiga
remaja SMK N 2 Bukittinggi itu.Tapi, waduh malah hanya kaki Sidney yang
terlepas dari akar itu.Mereka berusaha mengambil sepatu Sidney dan akhirnya
berhasil tetapi tiba-tiba ada ular piton yang sangat besar yang menyeliliti
akar itu.Kami berusaha mengusir ular itu dan hal yang kami lakukan semua itu
gagal. Kami terus mencari cara untuk keluar dari rumah misterius ini tanpa ada
salah sata dari teman kami yang terluka. Satu jam telah berlalu untuk mencari
cara bagaimana keluar dari rumah ini. Di pojok terdapat tongkat kayu yang
berukiran ular, yang kami jadikan untuk mengusir ular besar itu dan akhirnya
ular besar iru berhasil di usir.Terus berjalan demi sesampainya di rumah tapi
sangat aneh, jalan yang kami lalui berubah tidak seperti kemaren kami pergi
mencari ulat sutra itu tetapi malah ada sungai yang kelihatannya tak pernah
kami lewati.Dan dari tempat kami berdiri terlihat puncak yang tidak begitu
tinggi.Di puncak itu terdapat banyak rumah penduduk, dan akhirnya kami berjalan
kea rah daerah itu.Sesampai di puncak kami bertanya dimana ini? Ternyata ini di
bukit yang bersebrangan dengan bukit yang ada di daerah kami.Kemudia ada bapak
tua yang bernama mbah Surip, beliau mengantar kami hingga kami sampai
dirumah.Setiba di rumah Sidney, mbah Surip langsung menghilang begitu saja.Ibu
Sidney menyuruh kami masuk rumah dengan banyak warga yang semalaman telah
berkumpul untuk mencari Sidney.
Ayah dan Bunda juga warga, maafkan kami ber
empat, karna kami kalian semua jadi khawatir. Darimana saja kalian hingga tidak
pulang dan memberi kabar? Buat Bunda dan Ayah kawatir saja? Tanya Bunda Sidney
dengan raut wajah yang merasa takut kalau anak satu-satunya hilang.Lalu kami menceritakan kejadian yang mereka alami, bahwa kami terjebak di rumah bawah
tanah di sebrang bukit kidul itu. Lalu Ayah Sidney meberi tahu bahwa ada
keanehan di bukit sebrang itu, bahwa ada seorang keluarga yang sudah sepuluh
tahun menunggal dunia akibat perang tahun 1999 lalu dan salah satu yang menjadi
korbannya adalah orang yang tinggal di rumah bawah tanah itu, dia adalah
keluarga mbok Roro. Sidney dan teman-temannya memberikan buku yang di ambil
dari Perpustakaan rumah mbok Roro.Buku itu ternyata berisi foto-foto mbok Roro
dan sedikit cerita masa hidupnya dulu.Akhirnya seluruh warga menyarankan agar
buku itu di kubur di bawah pohon dimana rumah itu berada.Setelah buku di kubur,
tidak di sangka mereka menemukan empat ulat sutra di pohon itu dan membawa
pulang untuk bahan praktek Biologi di sekolahnya.Praktek mengembang biakkan
ulat bulu sutra itu berhasil di laksanakan oleh kelompok mereka berkat usahanya
yang super ampuh itu.Mereka menerima nilai yang di berikan oleh guru biologinya
dengan senyuman yang lebar karena nilai mereka yang paling bagus.Satu bulan
kemudian dua pasangan remaja itu bukan lagi menjadi kelompok belajar melainka
kelompok bermain juga dua pasang kekasih.