Kamis, 28 Maret 2013



RUMAH MISTERIUS BAWAH TANAH


Sore ini terlihat cerah, pancaran sinar matahari terasa begitu panas ditambah lagi dengan ributnya anak kelas.Assra mengajak kami pergi untuk melakukan pengamatan tugas Biologi yang barusaja di berikan guru kami. setelah pulang sekolah.
Kami dengan santainya berjalan dan mencari penjual minuman keliling yang hendak mencari uang untuk hidupnya.Tiba-tiba, kevin dan Sidney berhenti dibawah pohon sambil menaruh tas nya di akar pohon besar yang menjalar di sekeliling pohon itu. Woi kenapa kalian duduk santai di akar pohon itu, kita kan belum selesai mencari ulat sutra untuk bahan praktik biologi, lagian pohon itu juga ngeri sekali tau !!seru Andreas serta mengelap keringatnya di kening dengan tangan kirinya,.  Kita istirahat dulu sampai ada penjual minum keliling yang lewat, Jawab Sidney dengan wajah terlihat letih.Asra dan Andreas menghampiri Sidney dengan kerutan di kening, Andreas berputar-putar dibawah pohon itu seraya seperti orang yang sedang ada masalah. Kenapa kamu Andreas?Tanya Sidney dengan penuh harapan.Tidak apa-apa, aku hanya mencari angina saja. Hei Bro, masak cari angina sampai mengelilingi pohon sih, aneh deh loe, sahut Kevin dengan tegas. Hei teman-teman kemarilah, ada pintu kecil di pohon ini ian kita masuk yuk. Jangan aneh deh, kita kan gak tau tempat apa ini, lagian lihatlah disekeliling kita hanya ada beberapa rumah yang sunyi dan pohon yang besar-besar. Ucap Sidney sambil ketakutan.Barangkali pintu ini jalan masuk si tupai.Jawab Kevin dengan nada yang tidak percaya diri. Aneh deh kamu vin, masah pintu tupai sebesar kursi di sekolah kita sih, kan capek buatnya. Ada-ada sajah deh kamu ni Asra. Jam sudah pukul 15.30 wib tiba-tiba,  Bluss,, Brak Andreas terjatuh saat pintu kecil itu terdorong oleh tangannya. Kami berlarian melihat andreas, ternyata dibawah pohon yang ukurannya ± sebesar minyak tanah dan memiliki tangga aneh yang terbuat dari akar-akar besar pohon itu.Terlihat dari pintu pohon itu ternyata dibawah pohon itu terdapat perpustakaan yang terlihat kumuh dan di sarangi oleh laba-laba.Kaki kami mulai melangkah dengan hati-hati dan bergantian untuk memasuki rumah yang aneh dan angker itu. Andreas, Andreas, Andreas, dimana kamu? teriakan kami seakan-akan memenuhi setiap ruangan yang ada di rumah bawah tanah itu.Aku disini, lihat ini ternyata bukan hanya rumah dengan pintu pohon saja, tetapi rumah bawah tanah ini juga punya sepedah ontel kuno, juga perpustakaan dengan buku yang terlihat kuno, seperti di sekolah kita saja bedanya buku di sekolah kita lebih Modern.Tanpa ada rasa takut, kami ber-Empat terus menelusuri rumah tanpa penghuni ini hingga kami terlupakan oleh waktu, sehingga kami gagal dalam pencarian ulat bulu untuk praktek hari senin, dan pakaian kami pun masih memakai baju sekolah dengan wajah terlihat sangat kusam.Tidak ada pilihan lagi, kami harus tidur dirumah bawah tanah yang sangat kelap dan suram, untung saja masih ada sedikit cahaya yang masuk dari selang kecil yang mungkin di sengaja untuk mengambil air hujan dari aliran dari batang kayu pohon tersebut.Kami duduk di kursi yang ada di dekat perpustakaan kuno itu sambil berusaha mencari jalan keluar untuk bisa pulang.Disebelah kanan kami duduk terdapat ruang yang agak terang dikarenakan tembok dan lantai bawah tanah ini terbuat hanya dari kayu tanpa di cat, dan sebaliknya ruangan di sebelah kanan itu sangat beda. Kami melangkah bersama menuju ruangan itu, ternyata ruangan itu terlihan lumayan lengkap dengan tembok yang di cat warna putih terang dan tempat tidur yang lumayan bagus meski dengan kasur yang sangat tipis. Kami berdiri sebentar di depan pintu, Wow hebat, tenyata ada korek api dan terdapat banyak damar/ lampu minyak tanah yang sangat cukup untuk menerangi ruangan ini, sunggu menakjubkan. “ seru Andreas”.
Tiba-tiba perut terasa sangat lapar, untung saja Sidney dan Asra selalu membawa kue dari rumahnya. Meskipun kue itu hanya steak kentan dan coklat, tapi itu sangat membantu perut kami yang tiap kali berbunyi keroncong  seperti alat music saja . hahaha kamu ini Vin masih saja bisa bercanda saat keadaan seperti ini ” Seru Asra”. Alasan keterpaksaan merekatidak pulang karena tiba-tiba, pintu pohon itu tidak bisa di buka sementara itu pikiran kami masih kosong untuk menemukan ide. Tak lama kemudian tiba-tiba suara pintu dan pintu itu terbuka saat jam menunjukkan pukul 20.30 wib. Siapa itu yang dating? Tanya Sidney. Kami ber-Empat ketakutan dan duduk memojok di bawah rak-rak buku perpustakaan seraya seperti maling yang takut ketahuan oleh pemilik rumah.Pintu terbuka dan terlihat langkah kaki ibu tua dengan pakaian compang-camping dan topi kerucut yang ada di atas kepalanya.Hei anak-anak siapa kalian semua?Mengapa kalian di rumah ini?Pertanyaan demi pertanyaan terus di ajukan oleh nenek tua itu dengan wajah seramnya lalu menghampiri kami yang duduk memojok di bawah rak itu.Maaf nek saat kami istirahat di pintu pohon rumah ini, kami terjatuh nek.Nenek itu sebut saja mbok Roro yang terlihat sangat dingin begitu juga dengan badannya terasa sangat dingin seperti mayat. Mbok Roro bersedia menumpangi kami tidur di rumahnya sampai besok pagi asalkan  barang-barang yang ada di rumah ini tidak boleh di ambil. Tentu kami menyetujui demi keselamatan kami.Sebelum kami istirahat, mbok Roro memberi kami ubi kukus lezat yang tadinya di tenteng dari luar.Karena lapar, kami langsung menyantap lahap ubi itu dengan penuh gurauan.Lalu Kevin bertanya pada mbok Roro, mbok kah yang buat ubi kukus inu?Tidak, tapi ubi ini di beri oleh pedagang ubi kukus keliling yang biasa berjualan malam hari. Kami terus bercerita dengan mbok Roro tentang suaminya yang sudah 10 tahun meninggal dunia akibat terjadinya perang antara orang belanda dan Indonesia tahun 1999 lalu, si mbok juga mempunyai anak tunggal yang sudah lama tidah pernah mengunjungi di rumah tua ini. Tetapi si mbok tak pernah mesara sendirian karena ada buku ajaib yang buatan suaminya yang tidak pernah pindah dari rumah itu dan selalu setia sama mbok Roro. Kami memperhatikan ceritita mbok Roro dengan tampang sok paham dan tangan kiri dibawah dagu dan tangan kanan yang selalu menyuap ubi kukus itu ke dalam mulut. Bruk..bruk.., kami tertidur mendengar cerita mbok Roro yang seperti orang mendongeng itu. Meskipun tadinya terasa sangat dingin, tetapi setelah makan ubi kukus panas pemberian si mbok tiba-tiba badan tidak terasa begitu dingin.  Matahari mulai terbit, kami segera pulang dan akan berpamitan pada mbok Roro, waduh, sangat mengejutkan sekali ternyata mbok Roro tiba-tiba si mbok menghilang dari Rumah nya sendiri. Mereka penasaran dengan barang yang tidak boleh di ambil satu pun, sementara itu kami terus bertekat utuk mengambil buku berwarna coklat dan berukuran tebal juga terlihat sangat kuno di perpustakaan yang banyak sarang laba-labanya itu.Berlarian itu lah kami.Berlari, itulah kami saat rasa takut muncul di diri ini.Apa boleh buat, kami langsung berlarian dari rumah yang terlihat angker ini tanpa berpamitan pada pemiliknya. Sementara itu kaki Sidney terjepit di salah satu akar yang terenggang di tangga arah keluar.Tarik-menarik mulai di lakukan tiga remaja SMK N 2 Bukittinggi itu.Tapi, waduh malah hanya kaki Sidney yang terlepas dari akar itu.Mereka berusaha mengambil sepatu Sidney dan akhirnya berhasil tetapi tiba-tiba ada ular piton yang sangat besar yang menyeliliti akar itu.Kami berusaha mengusir ular itu dan hal yang kami lakukan semua itu gagal. Kami terus mencari cara untuk keluar dari rumah misterius ini tanpa ada salah sata dari teman kami yang terluka. Satu jam telah berlalu untuk mencari cara bagaimana keluar dari rumah ini. Di pojok terdapat tongkat kayu yang berukiran ular, yang kami jadikan untuk mengusir ular besar itu dan akhirnya ular besar iru berhasil di usir.Terus berjalan demi sesampainya di rumah tapi sangat aneh, jalan yang kami lalui berubah tidak seperti kemaren kami pergi mencari ulat sutra itu tetapi malah ada sungai yang kelihatannya tak pernah kami lewati.Dan dari tempat kami berdiri terlihat puncak yang tidak begitu tinggi.Di puncak itu terdapat banyak rumah penduduk, dan akhirnya kami berjalan kea rah daerah itu.Sesampai di puncak kami bertanya dimana ini? Ternyata ini di bukit yang bersebrangan dengan bukit yang ada di daerah kami.Kemudia ada bapak tua yang bernama mbah Surip, beliau mengantar kami hingga kami sampai dirumah.Setiba di rumah Sidney, mbah Surip langsung menghilang begitu saja.Ibu Sidney menyuruh kami masuk rumah dengan banyak warga yang semalaman telah berkumpul untuk mencari Sidney.
 Ayah dan Bunda juga warga, maafkan kami ber empat, karna kami kalian semua jadi khawatir. Darimana saja kalian hingga tidak pulang dan memberi kabar? Buat Bunda dan Ayah kawatir saja? Tanya Bunda Sidney dengan raut wajah yang merasa takut kalau anak satu-satunya hilang.Lalu kami menceritakan kejadian yang mereka alami, bahwa kami terjebak di rumah bawah tanah di sebrang bukit kidul itu. Lalu Ayah Sidney meberi tahu bahwa ada keanehan di bukit sebrang itu, bahwa ada seorang keluarga yang sudah sepuluh tahun menunggal dunia akibat perang tahun 1999 lalu dan salah satu yang menjadi korbannya adalah orang yang tinggal di rumah bawah tanah itu, dia adalah keluarga mbok Roro. Sidney dan teman-temannya memberikan buku yang di ambil dari Perpustakaan rumah mbok Roro.Buku itu ternyata berisi foto-foto mbok Roro dan sedikit cerita masa hidupnya dulu.Akhirnya seluruh warga menyarankan agar buku itu di kubur di bawah pohon dimana rumah itu berada.Setelah buku di kubur, tidak di sangka mereka menemukan empat ulat sutra di pohon itu dan membawa pulang untuk bahan praktek Biologi di sekolahnya.Praktek mengembang biakkan ulat bulu sutra itu berhasil di laksanakan oleh kelompok mereka berkat usahanya yang super ampuh itu.Mereka menerima nilai yang di berikan oleh guru biologinya dengan senyuman yang lebar karena nilai mereka yang paling bagus.Satu bulan kemudian dua pasangan remaja itu bukan lagi menjadi kelompok belajar melainka kelompok bermain juga dua pasang kekasih.